Serial Fiqih Doa dan Dzikir No: 191
DZIKIR DAN DOA SEBELUM TIDUR Bagian-10
Pada beberapa pertemuan lalu, kita telah mengkaji berbagai bacaan yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum tidur. Berikut kelanjutannya:
BACAAN KESEPULUH:
Membaca Surat an-Nas sebanyak tiga kali. Nomor urut surat ini dalam mushaf al-Qur’an adalah nomor 114. Terletak di juz 30. Jumlah ayatnya sebanyak 6 ayat.
Dalil Landasan
Aisyah radhiyallahu ’anha menuturkan,
“أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا “قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ” وَ “قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ” وَ “قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ” ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ، يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ”.
“Setiap malam jika Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam beranjak ke peraduan, beliau menggabungkan kedua telapak tangannya. Kemudian meniupkan nafas dari mulutnya dengan sedikit air ludah. Lalu membaca, “Qul huwallahu ahad”, “Qul a’ûdzubirabbil falaq” dan “Qul a’udzubirabbin nas” (Surat an-Nas). Kemudian mengusapkan kedua tangannya ke seluruh bagian tubuh yang bisa dijangkau. Dimulai dari kepala, wajah dan bagian depan tubuhnya. Beliau melakukan hal itu tiga kali”. HR. Bukhari (no. 5017).
Dzikir ini akan melindungi insan dari bahaya apapun juga, entah itu setan maupun binatang berbisa. Juga menghindarkannya dari mimpi buruk. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam sangat menjaga wirid ini. Bahkan dalam suatu riwayat Aisyah radhiyallahu ’anha menceritakan, “Saat Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam sakit, beliau menyuruhku untuk membacakan wirid tersebut atas beliau”. HR. Bukhari (no. 5748).
Renungan Kandungan
Surat mulia ini mengandung permohonan perlindungan kepada Rabb para manusia. Penguasa dan Sembahan mereka. Dari kejahatan setan yang merupakan sumber segala kejahatan.
Di antara bentuk kejahatan setan: ia mengganggu hati manusia. Keburukan ia hiasi sampai terlihat indah. Sehingga manusia tergoda untuk melakukannya. Sebaliknya ia menjadikan manusia malas untuk melakukan kebaikan dan menggambarkannya tidak sesuai dengan bentuk aslinya.
Dalam melakukan misinya tersebut, setan memiliki siasat untuk maju dan mundur. Dia akan maju manakala kita lalai dari berdzikir, dan mundur saat kita menyerangnya dengan dzikrullah. Jika kita menginginkan agar setan senantiasa mundur, maka kita pun harus senantiasa memukulnya terus dengan dzikir.
“Dzikir merupakan cemeti untuk mencambuk setan. Sebagaimana para penjahat dibuat jera dengan sabetan cemeti, kayu atau besi. Dzikrullah akan memukul dan menyakiti setan, persis seperti cemeti menyakiti orang yang disabet dengannya. Karena itulah setan yang menyertai mukmin, ia berbadan kurus, lemah dan ceking. Sebab selalu disiksa dengan dzikir dan ketaatan pada Allah … Kebalikannya, setan yang bersama orang fasik, ia hidup dalam kenyamanan. Akibatnya dia menjadi kuat dan sombong.
Barang siapa yang tidak pernah menyiksa setannya di dunia ini dengan dzikrullah, tauhid, istighfar dan ketaatan pada Allah, maka ia akan ‘disiksa’ oleh setannya kelak di neraka. Hanya ada dua pilihan; seorang hamba menyiksa setannya, atau ia disiksa oleh setannya”.
Gangguan terhadap kita, sebagaimana muncul dari setan golongan jin, juga muncul dari setan golongan manusia. Kedua jenis setan tersebut berkolaborasi dan saling bantu membantu dalam merealisasikan kejahatan mereka. Allah ta’ala menjelaskan, “Begitulah ketetapan Kami. Setiap nabi, Kami hadapkan dengan musuh-musuh dari golongan manusia dan jin. Mereka saling membisikkan satu sama lainnya perkataan manis yang penuh tipuan”. QS. Al-An’am (6): 112.
Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga,24 Muharram 1444 / 22 Agustus 2022